14 days ago
Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengunjungi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf, di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (25/5). Dalam pertemuan itu, ada sejumlah isu yang dibahas, termasuk soal kepemimpinan moral di dalam politik.
"Di dalam politik ini perlu ada pimpinan moral, sehingga segala sesuatunya tidak untuk kepentingan pragmatis. Ada kebutuhan untuk membangun strategi ekonomi bersama agar struktur ekonomi Indonesia jadi lebih berkeadilan," kata Gus Yahya usai pertemuan itu, Kamis (25/5).
Gus Yahya berharap, di Pemilu 2024 nanti, ada komitmen untuk berkompetisi dengan moral yang lebih bersih. Sehingga ajang politik ini tidak akan memicu polarisasi atau perpecahan di tengah masyarakat.
"Kita ingin lihat lebih banyak. Itu butuh kepemimpinan moral, NU, dan Muhammadiyah akan berusaha untuk melaksanakan tanggungjawab dengan berikan teladan sikap terkait moral," lanjutnya.
Sementara itu, Haedar Nashir menyebut ini adalah diskusi pertamanya dengan PBNU terkait kepemimpinan moral di Pemilu 2024. Ia bersyukur, kontestasi pemilu bisa jadi bagian dari demokrasi yang terbuka di Indonesia.
"Bahkan sebelum KPU membuka pendaftaran, calonnya sudah bermunculan. Itu menunjukkan betapa dinamisnya politik Indonesia. Tetapi, selain kita berharap Pemilu 2024 itu luber, jurdil, dan bermartabat; ada visi dan arah moral sekaligus juga visi kebangsaan tokoh," ungkap Haedar.
Haedar menuturkan, kepemimpinan moral yang mereka sepakati adalah yang bisa mengarahkan kontestasi, dan menilai mana yang benar dan salah, dan apa yang pantas serta tidak pantas dalam berpolitik.
"[Harus ada] tanggung jawab moral elite agar saat membuat pernyataan, langkah-langkah yang tidak mengarah pada polarisasi karena harganya terlalu mahal. Di situlah kami tantang adjustment elite dan kekuatan kontestasi, kami ingin bersama menghadirkan kepemimpinan moral dan visioner," tutupnya.