11 days ago
Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki kualitas kakao cukup baik sehingga digandrungi oleh berbagai negara. Jumlah ekspor kakao Indonesia dari tahun ke tahun rata-rata capai ratusan ribu ton.
Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), volume ekspor kakao dengan kode Harmonized System (HS) 16 pada 2020 mencapai 377,84 ribu ton dengan nilai USD 1,24 juta, naik pada tahun berikutnya jadi 382,71 ribu ton dengan nilai USD 1,20 juta.
Kemudian kembali naik pada 2022, ekspor kakao dari Indonesia jadi sebanyak 385,42 ribu ton, menjadi yang tertinggi dengan nilai USD 1,25 juta atau setara Rp 18,75 miliar (asumsi kurs pada 2022 senilai Rp 15.000 per USD).
Sayangnya pada 2023 sempat mengalami penurunan volume ekspor kakao jadi 339,98 ribu ton dengan nilai USD 1,19 juta.
Lalu, data sementara Kementan pada 2024, ekspor kakao Indonesia mencapai 346,39 ribu ton dengan nilai USD 2,64 juta dan angka estimasi volume ekspor kakao Indonesia sepanjang Januari-Maret 2025 mencapai 92,73 ribu ton dengan nilai USD 1,01 juta.
Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor kakao dari negara lain. Pada 2020 Indonesia mengimpor 243,22 ribu ton biji kakao dengan nilai USD 650,41 ribu lalu 2021 sebanyak 304,35 ribu ton dengan nilai USD 804,29 ribu.
Kemudian pada 2022, Indonesia mengimpor biji kakao sebanyak 313,49 ribu ton, dengan nilai USD 822,90 ribu. Lalu 2023 dengan volume impor sebanyak 340,45 ribu ton senilai USD 979,63 ribu.
Kemudian data sementara Kementan impor biji kakao pada 2024 sebanyak 227,80 ribu ton, dengan nilai USD 1,42 juta. Kementan juga memperkirakan impor kakao sepanjang Januari-Maret adalah sebanyak 2025 87,16 ribu ton dengan nilai USD 768,52 ribu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari-Maret 2025 Indonesia mengimpor biji kakao dari Algeria, Australia, Austria, Bangladesh, Belgia, Brasil, Brunei Darussalam, Bulgaria, Kanada, China, dan lain-lain.