13 days ago
Pemerintah diminta segera melakukan antisipasi dari merosotnya harga minyak mentah dunia. Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman, menilai pengaruh penurunan harga minyak mentah dunia ini utamanya pada penerimaan negara dari sektor minyak dan gas (migas) di APBN.
“Minyak anjlok misalnya 8 persen, maka itu memang punya implikasi terhadap APBN, terutama pada komponen penerimaan negara dan juga dari sektor migas dan juga subsidi energi,” kata Rizal media briefing Indef 100 Hari Asta Cita Ekonomi, Memuaskan? secara virtual, Rabu (29/1).
Berdasarkan Trading Economics, harga minyak mentah AS atau West Texas Intermediate (WTI) turun 0,9 persen menjadi USD 73,1 per barel. Penurunan juga terjadi pada Brent yang turun 0,9 persen menjadi USD 76,79 per barel pada perdagangan Rabu (29/1).
Hal serupa juga terpantau dari data Reuters, harga minyak mentah AS turun 55 sen atau 0,75 persen menjadi USD 73,22 per barel pada perdagangan Rabu (29/1). Sedangkan harga minyak mentah Brent turun 59 sen atau 0,76 persen menjadi USD 77,90 per barel pada pukul 09.16 GMT.
“Yang ingin saya soroti adalah dampak terhadap penerimaan negara misalnya dari migas, maka tentu akan mempengaruhi secara langsung pendapatan negara-negara dari pajak itu sendiri dan juga royalty dari sektor migas,” jelasnya.
Turunnya harga minyak mentah sebenarnya bisa menguntungkan realisasi subsidi energi, karena akan lebih rendah. Namun di satu sisi, pemerintah juga harus menelan pil pahit dengan berkurangnya pendapatan dari komoditas ini yang juga menurun, utamanya dari devisa dan eskpor migas. Tak hanya itu, impor bahan bakar yang tetap tinggi juga akan menekan neraca pembayaran.
“Tentu pemerintah mesti mewaspadai yang minyak mentah dunia yang turun ini tidak sustain karena sangat rentan terhadap fluktuasi geopolitik. Bisa saja besok-besok juga atau beberapa saat kemudian bisa saja,” terangnya.
Kemudian juga ketergantungan terhadap komoditas primer menurut Rizal juga penting. Sebab mempengaruhi terhadap risiko volatilitas dari perubahan harga komoditas termasuk juga tekanan terhadap program-program prioritas. Maka pemerintah harus melakukan diversifikasi basis penerimaan negara.
“Kemudian juga efisiensi subsidi energi dan harus memiliki instrumen untuk melindungi nilai dari adanya fluktuasi harga dunia terhadap APBN. Selama ini kan seringkali kita sangat gantung lagi asumsi makro kita juga sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan ini,” jelasnya.