8 days ago
Lampung Geh, Bandar Lampung - Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) akan menggelar program pelatihan vokasi di tingkat desa.
Program ini menyasar masyarakat miskin ekstrem dan kelompok tani, sebagai bagian dari upaya peningkatan keterampilan kerja dan pengurangan angka pengangguran di wilayah pedesaan.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung, Yuri Agustina Primasari mengatakan, pelatihan tersebut merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung.
“Pelatihan vokasi sekarang dilakukan juga di tingkat desa, untuk mendukung Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) atau program 100 hari kerja Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung,” kata Yuri saat dikonfirmasi pada Senin (9/6).
Menurutnya, pelatihan diberikan di desa-desa yang telah menerima hibah seperti alat pengering komoditas (dryer) dan alat pembuat pupuk organik cair (POC) dari pemerintah provinsi.
“Pelatihan ke desa-desa tersebut sementara ini dilakukan bagi desa yang mendapatkan hibah alat pengering dan beberapa alat dari gubernur,” jelasnya.
Pelatihan ini difokuskan pada peningkatan keterampilan teknis masyarakat agar mampu membuka peluang kerja maupun berwirausaha secara mandiri.
“Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat desa, sehingga dapat mengungkit perekonomian desa,” ujarnya.
Yuri menjelaskan, peserta pelatihan berasal dari dua kategori utama.
“Peserta pelatihan rata-rata 50 persen berasal dari desil satu atau kelompok miskin ekstrem, dan 50 persen lagi masyarakat umum dari gabungan kelompok tani yang mendapatkan alat pengering komoditas dan fasilitas pembuatan pupuk organik cair (POC),” katanya.
Ia juga menjelaskan, jenis pelatihan yang diberikan mencakup beberapa keterampilan teknis yang dibutuhkan di dunia kerja dan sektor produktif desa.
“Jenis pelatihannya meliputi pelatihan las, pelatihan kelistrikan, pelatihan alat dan mesin pertanian, serta pengemasan UMKM secara higienis,” jelas Yuri.
Setiap peserta yang mengikuti pelatihan akan menjalani uji kompetensi dan mendapatkan sertifikat nasional.
“Masyarakat desa yang dilatih keterampilan kerja melalui pelatihan vokasi tersebut akan mendapatkan sertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang berlaku nasional,” tambahnya.
Yuri berharap dengan adanya sertifikat tersebut, peserta dapat terserap di dunia industri atau mengembangkan usaha mandiri di desanya.
“Diharapkan mereka bisa berwirausaha, serta bisa terserap industri,” ucapnya.
Instruktur pelatihan berasal dari Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang telah memenuhi standar kompetensi.
“Yang melatih dari LPK, dan nanti ada ujiannya berbasis kompetensi. Ini menjadi wujud dari pengurangan pengangguran, karena kita kembali ke desa dulu melalui program Desaku Maju,” ujarnya.
Menurut Yuri, hingga akhir tahun 2025, pelatihan vokasi akan dilaksanakan di 22 desa yang telah ditentukan berdasarkan potensi masing-masing desa, terutama desa sentra pertanian dan penerima hibah alat pengering.
“Pelatihan di 22 desa di awal ini akan fokus ke desa yang dapat bantuan dan desa sentra pertanian dahulu. Kemudian untuk desa lainnya menyusul secara berkala,” ujarnya.
Durasi pelatihan terbagi menjadi dua jenis, yaitu pelatihan 10 hari ditambah 2 hari ujian kompetensi, dan pelatihan 8 hari ditambah 2 hari ujian kompetensi.
Program ini menyasar masyarakat usia produktif, bukan hanya lulusan sekolah baru.
“Ini bukan hanya untuk yang belum tamat sekolah, tapi untuk masyarakat usia produktif,” jelas Yuri.
Program ini merupakan bagian dari pendekatan terpadu pemerintah provinsi yang dikenal dengan nama ‘Desaku Maju’, yang mengintegrasikan bantuan alat pertanian, pelatihan vokasi, penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan pembangunan infrastruktur desa seperti jalan desa.
“Ada sinergi dalam program ini. Ada bantuan dryer, ada pelatihan vokasi, ada dukungan BUMDes, dan nantinya juga akan ada pembangunan jalan desa. Ini bagian dari strategi kembali ke desa yang sedang kita jalankan,” pungkasnya. (Cha/Put)