3 days ago
Kinerja manufaktur Indonesia pada September 2024 tercatat melanjutkan kontraksi sejak Juli. Berdasarkan data S&P Global Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia kembali kontraksi di level 49,2 pada September 2024.
Angka ini naik tipis dari kinerja manufaktur bulan sebelumnya yang tercatat pada level 48,9.
Kondisi manufaktur Indonesia yang masih kontraksi ini menggambarkan semakin menurunnya output dan permintaan baru. Hal ini menyebabkan tingginya persediaan produk dan pengetatan pembelian bahan baku.
Dari segi harga, biaya input meroket menggambarkan faktor nilai tukar yang dalam kondisi tidak baik, meskipun inflasi terbilang rendah.
Economics Director S&P Global Market Intelligence, Paul Smith, mengatakan kembali kontraksinya manufaktur Tanah Air berkaitan dengan kondisi makroekonomi global yang sedang lesu pada September. Bahkan, lesunya ekspor dinilai menjadi penurunan tercepat sejak hampir dua tahun terakhir.
“Perusahaan tentunya menanggapi dengan mengurangi aktivitas pembelian mereka, memilih menggunakan inventaris dan menjaga biaya dan efisiensi pengoperasian dengan sangat ketat,” tutur Paul dalam keterangan S&P Global, Selasa (1/10).
Meski demikian, dia melihat kepercayaan diri para pelaku usaha terhadap usahanya menempati posisi paling tinggi sejak tujuh bulan terakhir. Hal ini yang membuat perusahaan tetap mempertahankan tenaga kerjanya untuk menyambut pertumbuhan kinerja di masa depan.
"Namun, perusahaan tetap menaikkan jumlah tenaga kerja karena mereka menyiapkan saat-saat yang baik. Tentu, di tengah harapan kondisi pengoperasian dan perekonomian akan lebih stabil pada tahun mendatang, kepercayaan diri tentang perkiraan mendatang membaik pada bulan September hingga level tertinggi selama tujuh bulan,” tutup Paul.
Meskipun berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), ada sebanyak 52.993 tenaga kerja terdampak PHK sepanjang Januari hingga 26 September 2024. Industri pengolahan masih menjadi sektor dengan kasus PHK tertinggi tahun ini, yaitu sebanyak 24.013 tenaga kerja.
Kinerja industri nasional terus menurun sejak April 2024 dibandingkan Maret yang merupakan rekor tertinggi PMI manufaktur RI selama 2 tahun terakhir, yaitu 54,2.
Pada April, PMI manufaktur turun jadi 52,9, kemudian kembali menurun pada Mei 2024 meski masih ekspansi pada 52,1. Hingga pada Juli 2024, penurunan terjadi cukup dalam, kinerja manufaktur di bawah ambang batas ekspansi 50 menjadi 49,3 dan kontraksi dilanjutkan Agustus jadi 48,9.