7 hours ago
Hi!Pontianak - Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, mendesak pemerintah pusat untuk segera melakukan penanganan serius terhadap ruas jalan nasional di Bukit Biru, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Pasalnya, ruas jalan curam yang berada di kawasan perbukitan itu telah berulang kali menelan korban jiwa akibat kondisi medan yang ekstrem dan membahayakan pengguna jalan.
Desakan tersebut disampaikan Lasarus saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Kapuas Hulu, Kamis, 9 Oktober 2025. Dalam kunjungan tersebut, ia didampingi jajaran pejabat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Bupati Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan.
Menurut Lasarus, kondisi di Bukit Biru sudah lama menjadi persoalan serius bagi para pengemudi, khususnya truk pengangkut barang. Medan jalan yang curam membuat banyak sopir tidak berani melintas tanpa bantuan kendaraan lain.
“Saya sering lewat sini karena ini daerah dapil saya. Setiap kali melintas, truk bermuatan berat pasti berhenti di bawah bukit menunggu truk kosong untuk menarik. Kalau tidak ada yang bantu, mereka bisa menunggu sampai malam,” ujar Lasarus di lokasi.
Ia menambahkan, medan Bukit Biru kerap memicu kecelakaan fatal. Banyak kendaraan yang kehilangan kendali saat menanjak atau mundur saat menurun, hingga menyebabkan korban luka bahkan meninggal dunia.
“Sudah banyak kejadian di sini, ada yang menabrak kendaraan lain, ada juga yang masuk jurang. Situasi seperti ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Harus ada solusi permanen,” tegas Lasarus.
Politisi PDI Perjuangan itu menilai, kondisi Bukit Biru bukan hanya mengancam keselamatan pengguna jalan, tetapi juga menghambat arus logistik antarwilayah di Kalimantan Barat. Truk pengangkut barang sering terhambat berjam-jam, sehingga berdampak pada biaya distribusi dan harga barang di daerah.
“Kalau jalan ini tidak segera diperbaiki, ya akan begini terus. Lalu lintas logistik terganggu, barang jadi lama sampai dan harga pun naik. Ini persoalan serius,” ujarnya.
Lasarus memastikan pihaknya bersama Kementerian PUPR akan mengevaluasi kondisi jalan di Bukit Biru dan mencari solusi teknis terbaik agar ruas tersebut bisa dilalui dengan aman dan lancar.
Sementara itu, Abi, seorang sopir truk asal Boyan Tanjung, mengungkapkan bahwa medan Bukit Biru menjadi tantangan berat bagi para pengemudi. Ia berharap pemerintah bisa memotong atau memperbaiki kemiringan jalan agar lebih mudah dilalui kendaraan bermuatan berat.
“Kalau bisa, jalan ini dipotong-potong atau diratakan sedikit. Sekarang tanjakannya terlalu tinggi dan panjang. Kalau muatan di bawah 9 ton saja sudah sulit naik, apalagi di atas 10 ton,” ujar Abi.
Abi menambahkan, sopir biasanya harus konvoi atau saling menarik untuk bisa melewati tanjakan tersebut. Jika tidak, mereka terpaksa menunggu sampai malam atau bahkan bermalam di lokasi.
“Kalau muatan berat, harus ditarik truk lain. Kalau sendiri, risikonya besar. Kadang kami tunggu sampai malam kalau nggak ada yang bantu. Pernah juga ada yang mundur dan nabrak dari belakang,” tuturnya.