14 days ago
Enam program Seksi Bahasa dan Sastra oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdampak efisiensi. Program tersebut tetap dilaksanakan, namun aktivitasnya dibatasi. Efisiensi tersebut tertuang dalam surat resmi Disbud DIY yang dikeluarkan 27 Maret lalu.
Dalam surat tersebut, enam program yang terdampak di antaranya Jogja Art Book+, Sayembara Penulisan Novel berbahasa Jawa, Tindak Lanjut Kongres Kebudayaan Jawa III berupa Pengiriman delegasi monitoring ke Jawa Timur, Evaluasi KKJ III di DIY, Kajian Dampak Aktivitas Pengelolaan Aksara Jawa, Rekaman Sandiwara Radio Bahasa Jawa, dan Penyusunan Buku 100 tahun Sapto Hudoyo 3 (tiga) buku (2 buku diefisiensi dan 1 buku difasilitasi).
Kepala Disbud DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, mengatakan, keputusan ini dibuat secara proporsional, terukur, dan penuh kehati-hatian di seluruh lini program dan kegiatan. Bukan berarti seluruh kegiatan yang diefisiensi tidak bisa digelar, namun aktivitasnya yang dibatasi.
“Semua program tetap ada, hanya volume aktivitas yang dikurangi,” kata Dian dihubungi Pandangan Jogja, Selasa (8/4).
Secara total, efisiensi anggaran yang dilakukan Disbud DIY pada Tahun Anggaran 2025 mencapai sekitar 30 persen dari pagu anggaran semula. Meskipun adanya efisiensi tersebut, pihaknya memastikan bahwa tujuan dari program-program kebudayaan tidak tereduksi.
"Kami tetap menjaga agar esensi dan tujuan utama dari program-program kebudayaan tidak tereduksi," ujarnya.
Menurutnya, efisiensi tersebut bukan bentuk pengabaian sektor budaya, melainkan upaya adaptif untuk memenuhi kebijakan nasional tanpa mengurangi komitmen dalam mendukung ekspresi budaya dan keberagaman di DIY.
“Kami memahami sepenuhnya bahwa keputusan ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan, kekhawatiran, atau bahkan kekecewaan di kalangan mitra kerja, komunitas budaya, serta para seniman dan budayawan yang selama ini telah menjadi bagian penting dari ekosistem kebudayaan DIY," kata Dian.
"Dinas Kebudayaan DIY tetap berkomitmen untuk mendukung ruang ekspresi budaya, menjaga keberagaman, serta memperkuat ekosistem kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta," tutupnya.