3 hours ago
Pemerintah Indonesia mulai memulangkan warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak kerusuhan di Nepal. Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Judha Nugraha menyebut, sebagian besar sudah kembali ke Tanah Air melalui penerbangan komersial.
Judha mengatakan, sebanyak 57 WNI sudah dipulangkan secara bertahap mulai dari 11 September hingga 13 September hari ini.
“Sehingga total ada 57 WNI yang dapat kita pulangkan per tanggal 13 hari ini, malam nanti,” kata Judha saat ditemui di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (13/9).
Judha menyebut, masih tersisa 21 WNI yang akan terbang ke Indonesia. Mereka dijadwalkan pulang bertahap pada 14–18 September.
“Masih tersisa 21, rencananya besok 17 akan kembali pulang. Tanggal 15 ada 2, dan 18 ada 2," ucap dia.
"Jadi total insyaallah pada tanggal 18 September seluruh WNI yang melakukan kunjungan singkat dapat kembali pulang ke Indonesia. Dan untuk yang menetap memang mereka memilih untuk tetap tinggal di sana karena mereka memiliki keluarga,” sambung Judha.
Judha mengungkap total ada 134 WNI di Nepal, dengan rincian 56 orang menetap dan 78 lainnya melakukan kunjungan singkat, baik untuk wisata maupun menghadiri konferensi internasional. Seluruh WNI itu dipastikan dalam keadaan aman.
“Memang sebagian delegasi ada yang pernah menginap di Hotel Hilton yang kemudian menjadi sasaran amuk massa. Tapi pada saat itu kita bisa segera evakuasi ke hotel yang lain. Jadi dapat kami sampaikan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dari kerusuhan ini,” tutur Judha.
Untuk WNI yang masih memilih menetap, Kemlu tetap menyiapkan perlindungan. Judha menegaskan KBRI Dhaka sudah menyiapkan rencana kontinjensi bila kondisi memburuk.
“Tentu, jadi KBRI Dhaka sudah menyusun rencana kontijensi. Ini rencana kontijensi untuk pelindungan warga negara Indonesia mengantisipasi jika terjadi eskalasi lebih lanjut. Kita melihat saat ini kondisi per hari ini sudah tidak ada kerusuhan, kemudian bandara sudah dibuka beberapa hari yang lalu,” jelasnya.
Ia menambahkan, situasi di Nepal sudah mulai kondusif meski pemerintah setempat masih melakukan transisi pasca tumbangnya kekuasaan Perdana Menteri KP Sharma Oli.
“Dan mudah-mudahan situasi di Nepal kembali aman. Namun, dalam konteks kontijensi kami persiapkan berbagai macam skenario jika terjadi eskalasi,” pungkas Judha.
Sebelumnya, Nepal dilanda krisis politik setelah unjuk rasa antikorupsi pada Senin (8/9) berubah ricuh. Massa membakar rumah perdana menteri, kantor kepresidenan, hingga gedung parlemen. Kerusuhan yang berlangsung sepekan itu menewaskan 51 orang dan membuat lebih dari 13 ribu narapidana kabur dari penjara.