10 hours ago
Salah satu guru dari Sekolah Luar Biasa Tingkat B (SLB-B) Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Palembang, Sumiati, membagikan kisahnya dalam membina lebih dari 50 anak berkebutuhan khusus.
Diketahui, ia telah mengajar anak berkebutuhan khusus selama 41 tahun dari 1984. Dalam perjalanannya tersebut, ia mengatakan bahwa tidak mudah baginya dalam mengendalikan kesabaran saat menghadapi anak-anak.
"Saya mengajar dari tahun 84. Banyak kendala dalam mengajar dan banyak menghadapi karakteristik anak yang bermacam-macam. Ada yang tunarungu saja, ada yang tunarungu ganda, autisme dan hiperaktif. Pernah juga menghadapi anak yang tantrum, namun hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh anak-anak di sini," kata dia.
Dalam kesempatan tersebut, Sumiati mengatakan bahwa di sekolah tersebut masih tercampur kategori kebutuhan khususnya. Ada anak yang tunarungu, autisme dan disabilitas fisik.
Menurutnya, anak-anak tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga pihak pemerintah mampu memberikan program yang cocok untuk mereka.
"Di sini masih campur. Menurut saya sekolah hanya bisa membina anak-anak tetapi tidak dapat menyembuhkan. Untuk anak tunarungu dan tunawicara misalnya, mereka harus diberikan terapi khusus untuk membantu mereka berkomunikasi," kata dia saat ditemui pada Selasa, 9 September 2025.
Ia melanjutkan, dulu anak-anak berkebutuhan khusus biasanya tidak disekolahkan. Hal tersebut memicu Sumiati untuk mengajari anak-anak keterbatasan agar mereka tetap bisa mengenyam pendidikan.
"Biasanya dulu mohon maaf, anak-anak berkebutuhan khusus tidak disekolahkan. Mereka dianggap seperti barang yang hanya ditaruh di rumah saja. Padahal, mereka punya hak untuk meraih pendidikan," ujar Sumiati.
Ia juga menyoroti masalah lowongan pekerjaan untuk anak difabel di Kota Palembang. Menurutnya, anak difabel saat ini tidak banyak yang bisa pekerjaan di perusahaan walaupun mereka mampu untuk melakukannya.
"Anak difabel di Kota Palembang ini juga sulit untuk mencari pekerjaan sebab keterbatasan mereka. Walaupun ada perusahaan yang menerima mereka, namun kenyataannya juga tidak banyak yang diterima bekerja," tambahnya.
Sudah lebih dari 50 murid telah dibina oleh Sumiati, tidak jarang banyak para orang tua yang datang untuk meminta agar anaknya dibina oleh sang guru tersebut. Namun karena keterbatasan tenaga fisik dan psikologis, Sumiati beberapa kali terpaksa untuk tidak menerimanya.
"Banyak juga para orang tua yang minta saya buka les privat untuk anak berkebutuhan khusus, tapi saya tidak sanggup karena sudah mengajak di kelas, jadi terpaksa saya tolak. Anak para wali murid yang datang ke saya sampai nangis cuma saya tetap tidak sanggup membinanya," lanjut Sumiati.
Saat ini, seharusnya ia telah pensiun dalam mengajar namun sebab dedikasinya yang tinggi untuk yayasan, ia diminta untuk mengajar kembali di SLB-B YPAC Palembang.