7 hours ago
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) membukukan laba bersih konsolidasian senilai USD 132 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun (asumsi kurs Rp 16.631 per Dolar AS) hingga September 2025. Angka itu naik 19,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan laba ini ditopang oleh kinerja operasional yang stabil, disiplin biaya, dan penurunan beban bunga setelah keberhasilan program optimalisasi utang pada 2024.
"Portofolio panas bumi kami terus menunjukkan kinerja yang kuat dan konsisten, ditopang oleh kinerja operasional yang unggul serta kontribusi berkelanjutan dari Unit Binary Salak. Segmen angin juga menunjukkan perbaikan yang menggembirakan, dengan produksi listrik yang mulai meningkat mendekati pola musiman," ujar CEO Barito Renewables Hendra Soetjipto Tan dalam keterangan tertulis, dikutip pada Jumat (31/10).
Hendra menilai pengelolaan biaya yang disiplin serta penurunan beban bunga, BREN mampu mencatat margin yang lebih tinggi dan peningkatan laba.
Sepanjang Januari-September 2025, pendapatan konsolidasian Barito Renewables mencapai USD 457 juta sekitar Rp 7,6 triliun, naik 3,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini juga didorong oleh produksi listrik yang stabil dari aset panas bumi dan peningkatan kinerja pembangkit angin.
Sementara itu, EBITDA naik 5,7 persen menjadi USD 399 juta atau sekitar Rp 6,6 triliun, dengan margin EBITDA meningkat jadi 87,1 persen dari 85,4 persen pada periode sebelumnya.
Secara operasional, Perseroan mencatat sejumlah pencapaian. Proyek retrofit Salak telah selesai pada kuartal III 2025 dan menambah kapasitas baru sebesar 7,7 MW, melampaui target awal.
Jika digabungkan dengan Unit Binary Salak yang telah beroperasi sejak Februari 2025, kapasitas terpasang bruto pembangkit panas bumi Barito Renewables kini mencapai 910,3 MW, naik 2,7 persen dibanding tahun sebelumnya.
Selain itu, proyek retrofit Wayang Windu berjalan sesuai jadwal dan ditargetkan rampung pada akhir 2025, menambah kapasitas sebesar 18,4 MW. Perseroan juga telah memulai pengeboran eksplorasi di prospek Hamiding, menandai fase berikutnya dari ekspansi jangka panjang panas bumi.
Ke depan, Barito Renewables akan fokus menyelesaikan proyek Salak Unit 7 dan Wayang Windu Unit 3, yang ditargetkan beroperasi komersial pada akhir 2026. Kedua proyek ini merupakan bagian dari peta jalan menuju total kapasitas energi terbarukan 2,3 GW pada 2032.
Per 30 September 2025, total aset Barito Renewables tercatat sebesar USD 3,84 miliar atau sekitar Rp 63,8 triliun, naik 1,3 persen dibanding akhir 2024.
Total liabilitas turun 2,7 persen menjadi USD 2,97 miliar sekitar Rp 49,4 triliun. Rasio utang bersih terhadap ekuitas juga membaik dari 2,21 kali menjadi 1,82 kali.