Malaysia Disanksi FIFA, Erick Thohir Tegaskan Indonesia Tak Terlibat

2 hours ago

Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti acara pelantikan Menteri dan Wakil Menteri Negara Kabinet Merah Putih Dalam Sisa Masa Jabatan Periode Tahun 2024-2029 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/9/2025). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO

Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) tengah menjadi sorotan besar setelah Komite Disiplin FIFA resmi menjatuhkan sanksi berat terkait kasus dugaan pemalsuan dokumen naturalisasi tujuh pemain naturalisasi. Sebagian warganya menuding ada campur tangan pihak luar, termasuk Indonesia. Menpora RI sekaligus Ketum PSSI, Erick Thohir, membantahnya.

Pada Jumat (26/9), FIFA mengumumkan bahwa FAM terbukti melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA tentang pemalsuan dokumen. Adapun 7 pemain yang dinaturalisasi FAM yakni Facundo Garces, Jon Irazabal, Hector Hevel, Joao Figueiredo, Imanol Machuca, Rodrigo Holgado, dan Gabriel Palmero.

Putra Mahkota Johor sekaligus bos JDT, Tunku Ismail Idris, menuding keterlibatan Indonesia terkait sanksi FIFA ke Malaysia. Salah satunya lewat pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden FIFA Gianni Infantino.

Erick Thohir menegaskan bahwa Indonesia tidak ada kaitan sama sekali dengan sanksi ini. Ia memastikan arah kebijakan olahraga nasional sepenuhnya fokus pada pembangunan prestasi, bukan mengurusi urusan internal negara lain.

Skuad Timnas Malaysia. Foto: Mohd Rasfan/AFP

“Saya ingin menyampaikan bahwa Presiden (Prabowo Subianto) sudah mengeluarkan Perpres Nomor 12 Tahun 2025, RPJMN 2025–2029. Bapak Presiden ingin standardisasi organisasi olahraga Indonesia itu skala internasional. Artinya apa? Bagaimana semua punya KPI, tolak ukur yang jelas, dan jangan sampai atlet menjadi korban. Ini standar yang dilakukan Bapak Presiden,” kata Erick kepada wartawan seusai rapat kerja di Kompleks Parlemen Republik Indonesia, Senin (29/9).

“Pembicaraan Bapak Presiden dengan Presiden Gianni (Infantino, Presiden FIFA) jelas, Bapak Presiden bicara mengenai sepak bola Indonesia, tidak bicara mengenai negara lain. Salah satunya bagaimana FIFA Academy bisa ada di Indonesia, dan FIFA juga mendorong kejuaraan dunia U-15 dengan sistem baru 8 vs 8."

“Jadi pembicaraan Presiden seperti itu. Lalu kami sendiri dari Menpora atau saya pribadi, kita tentu harus menghargai semua negara di Asia Tenggara ketika ingin olahraganya maju. Kita harus hargai,” tegasnya.

Akibatnya, FAM dijatuhi denda sebesar sebesar 350.000 CHF atau setara dengan Rp 7 miliar. Sementara itu, ketujuh pemain naturalisasi Malaysia dilarang beraktivitas dalam sepak bola selama 12 bulan, baik di level nasional maupun internasional dan akan dikenai denda sebesar 2.000 CHF atau sekitar Rp 41 juta.

“Kami tentu harus menghargai semua negara di Asia Tenggara ketika ingin olahraganya maju. Tapi mohon maaf, kalau kami di Indonesia ingin olahraganya maju, ingin sepak bolanya bagus, bulutangkisnya bagus, pencak silatnya mendunia, ya kami harus lakukan itu. Tapi kami tidak intervensi, tidak ikut campur isu-isu negara lain,” tutupnya.

Penulis: Kevin Siadari


Comments