Meski LG Mundur dari Proyek Titan, Hyundai Pastikan HLI Green Power Tetap Jalan

8 days ago

Kepala Strategi Perusahaan, Hyundai Motors Indonesia (HMID) Hendry Pratama ditemui di Pakarti Centre, Jakarta Pusat, Kamis (24/4/2025). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan

LG mundur dari proyek Titan yang termasuk dalam proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi di Indonesia. Meski begitu, posisi LG di proyek produksi baterai Omega bersama Hyundai tetap berjalan.

Proyek Titan merupakan proyek ekosistem baterai EV terintegrasi mulai dari hulu pertambangan nikel, smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL), pabrik prekursor, prekursor katoda, hingga sel baterai, yang berlokasi di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara. Produk dari proyek ini meliputi bijih nikel, feronikel, Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), nikel sulfat, prekursor, prekursor katoda, hingga sel baterai.

Kepala Strategi Perusahaan Hyundai Motors Indonesia (HMID), Hendry Pratama, memastikan posisi LG dalam konsorsium PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power untuk proyek Omega tetap berlangsung.

“Jadi yang LG enggak jadi ikut ke dalam konsorsium itu pada bagian yang hulunya (Titan), sedangkan HLI itu sudah berjalan dan tidak ada pengaruh apa-apa. Jadi HLI sekarang masih beroperasional seperti biasanya,” kata Hendry saat ditemui di Pakarti Centre, Jakarta Pusat, pada Kamis (24/4).

Saat ini HLI juga sudah menjadi supplier sel baterai bagi PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia. Dalam hal ini, HLI menyuplai baterai untuk salah satu produk EV Hyundai yakni Kona.

“Di Kona itu yang saya sampaikan, sekitar 85 persen TKDN karena battery cell-nya dari Indonesia,” ujarnya.

Pekerja berjalan di dekat kontainer yang berisi kemasan sel baterai di pabrik baterai kendaraan listrik PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power usai diresmikan di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO

Pada fase pertama, PT HLI menyerap investasi USD 1,1 miliar dan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt/hour (GWh), terdiri dari 32,6 juta sel baterai yang dapat menghasilkan kurang lebih 150.000 kendaraan listrik. Pada fase kedua, diharapkan tahun 2025, PT HLI berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 20 GWh.

Untuk rencana penambahan kapasitas produksi, saat ini Hyundai juga melihat kebutuhan yang disesuaikan dengan produksi Kona.

“Kita mengikuti demand dari NMC (Nickel Manganese Cobalt) Kona itu ya. Kalau demand-nya makin tinggi kan berarti produksinya harus meningkat juga. Nah ketika produksi meningkat, kebutuhan kami juga meningkat. Nah itu kami harapkan supaya hilirisasi benar-benar terjadi,” ungkap Hendry.

VP Commercial and Marketing PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Bayu Hermawan ditemui di Pakarti Centre, Jakarta Pusat, Kamis (24/4). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan

Terkait mundurnya LG dari proyek Titan, VP Commercial and Marketing PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Bayu Hermawan mengatakan dengan panjangnya proses proyek Titan, ada beberapa hal yang belum bisa disepakati.

“Jadi memang project-nya itu sebenarnya panjang ya, tambangnya, distribusinya, dan itu kan harus terintegrasi gitu ya, harus terintegrasi dan mengintegrasikan dari hulu sampai hilir. Ada fase-fase harus saling connecting dan lain sebagainya, itu memang ada hal-hal yang memang kebanyakan itu tidak mencapai kesepakatan,” terang Bayu.

Selain itu, Bayu melihat NMC atau baterai nikel memang ditujukan untuk pasar Amerika dan Eropa. Dengan situasi saat ini, Bayu menuturkan tantangan yang dihadapi LG semakin besar untuk melanjutkan proyek Titan.

“Jadi memang dengan adanya tantangan-tantangan untuk penetrasi di Amerika, dan lain sebagainya, sekarang lagi hangat juga dari tahun kemarin, itu buat mereka juga semakin challenging lagi nih untuk develop ini,” tutur Bayu.


Comments