8 hours ago
Dua inovasi dari dunia pendidikan Indonesia berhasil mencuri perhatian di ajang kompetisi Samsung Solve for Indonesia (SFT) 2025. Mulai dari kategori SMA/SMK/MA, tim FUNGAES dari SMAN Unggulan M. H. Thamrin tampil sebagai juara pertama berkat inovasi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang memadukan teknologi, sains, dan keberlanjutan dalam isu lingkungan.
Pada kategori universitas, tim LABMINO dari Universitas Indonesia berhasil meraih juara pertama dengan membawa inovasi yang peduli akan isu disabilitas dan olahraga.
Ajang SFT tahun ini bukan hanya lomba ide, namun lewat kolaborasi dengan International Olympic Committee (IOC), SFT 2025 menjadi jembatan bagi generasi muda dalam mengubah solusi menjadi gerakan di tingkat global, dengan peluang mewakili Indonesia di ajang Winter Olimpiade 2026 di Milan, Italia.
"Dengan kerja sama Samsung Global dengan IOC (International Olympic Committee) akan melangkah ke tingkat regional di Samsung Southeast Asia and Oceania, jadi Asia Tenggara, Australia, dan New Zealand. Disana dari regional kita akan melanjutkan lagi apabila mereka menang, memiliki kesempatan ke tingkat global," kata Ennita Pramono, Head of Corporate Citizenship, Samsung Electronics Indonesia, di acara pengumuman pemenang Samsung Solve for Tomorrow 2025, Rabu (15/10), di Jakarta.
Tim FUNGAES terdiri dari empat siswa SMAN Unggulan M. H. Thamrin, yaitu Talita Almira Salsabila, Ashila A. M. Ardiyansyah, Arrow. D. P. Kristian, dan Kenzie Blanket Roozen, menghadirkan inovasi sederhana yang memiliki nama MycoSense.
MycoSense merupakan sebuah alat deteksi berbasis miselium jamur dengan bantuan teknologi AI. Alat ini dapat mendeteksi logam berat dengan cepat dan murah.
Hal ini menjadi inovasi mereka karena melihat lebih dari lima juta area pertanian di dunia tercemar logam berat, seperti merkuri dan kadmium. Kontaminasi ini bisa mengancam ketahanan pangan dan kesehatan manusia.
"Kita membuat inovasi ini untuk mencari tahu mana lahan yang layak untuk ditanam, yang mana yang tercemar dan yang mana tidak," ungkap Arrow, salah satu anggota tim FUNGAES.
MycoSense bekerja dengan menanamkan sensor jamur di tanah, perubahan resistensi akibat logam berat akan diproses oleh mikrokontroler ESP32 dan dikirimkan ke sistem AI berbasis TensorFlow. Hasilnya dapat ditampilkan dalam bentuk heatmap dan data real-time melalui dashboard digital yang bisa diakses petani.
Tim LABMINO dari Universitas Indonesia yang beranggotakan, Anthony Edbert Feriyanto, Kaindra Rizq Sachio, Muhammad Fazil, dan Ariq Maulana Malik Ibrahim, memperkenalkan RunSight, sebuah kacamata pintar berbasis AI dan sistem wearable yang membantu disabilitas tunanetra untuk berlari dengan aman dan mandiri.
Ide ini lahir dari kisah nyata teman mereka yang mengalami kehilangan penglihatan tetapi tetap ingin olahraga seperti orang-orang pada umumnya. Mereka melihat belum banyak solusi yang mengintegrasikan teknologi AI Vision dan olahraga adaptif bagi penyandang disabilitas.
"Kami mengembangkan kacamata pintar berbasis AI yang bertujuannya adalah membantu teman-teman dengan gangguan penglihatan untuk dapat berlari di track lari secara mandiri dan aman," kata Kaindra, salah satu anggota tim LABMINO.
RunSight memiliki dua komponen utama, yaitu wearable glass yang dilengkapi kamera, modul GPS, Raspberry Pi 5, dan earbuds audio untuk memberi instruksi melalui suara.
Aplikasi mobile RunSight akan menampilkan data aktivitas pengguna, mulai dari kecepatan, arah, dan rute dalam bentuk grafik analis. Hal ini dapat meningkatkan akses olahraga bagi penyandang disabilitas, serta mendukung prinsip Social Change through Sport and Technology.
LABMINO berencana akan mengembangkan versi komersial ringan dari RunSight, serta bekerja sama dengan komunitas disabilitas dan lembaga-lembaga olahraga nasional dalam mengembangkan inovasi ini.
Ajang kompetisi Samsung Solve for Tomorrow 2025 membawa dua tema besar, yakni ‘Teknologi untuk Keberlanjutan Lingkungan (Environmental Sustainability via Technology)’ dan ‘Teknologi untuk Perubahan Sosial melalui Olahraga Untuk Pendidikan dan Masa Depan yang Lebih Baik’ (Social Change through Sport & Tech: For Education & a Better Future)'.
Kedua inovasi ini memberikan contoh nyata bahwa sains, teknologi, dan empati, dapat berpadu menghasilkan inovasi yang dapat berdampak luas untuk masyarakat.
"Kami bangga melihat semangat dan kreativitas luar biasa dari para peserta tahun ini. Mereka menunjukkan bahwa teknologi yang digerakkan oleh empati dapat menghadirkan perubahan nyata bagi masyarakat," ujar Bagus Erlangga, Head of Corporate Marketing, Samsung Electronics Indonesia.
"Melalui Samsung Solve for Tomorrow, kami ingin terus menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengubah ide menjadi solusi berdampak, sekaligus menunjukkan potensi besar Indonesia di tingkat global."
Dengan semangat "Together for Tomorrow!", Samsung memiliki harapan bahwa Solve for Tomorrow dapat terus menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengasah rasa ingin tahu, berpikir kritis, dan menciptakan solusi nyata bagi masyarakat.
Reporter: Muhamad Ardiyansyah