12 hours ago
Presiden Prabowo Subianto meresmikan Pabrik New Ethylene Project PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) di Cilegon, Banten, Kamis (6/11). Proyek ini memiliki investasi sekitar USD 4 miliar atau sekitar Rp 65 triliun.
Peresmian proyek ini juga dihadiri Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, serta beberapa Menteri Kabinet Merah Putih.
"Saya bangga hari ini bisa di sini dan ini suatu kehormatan, terima kasih Chairman of Lotte, Leaders of Lotte, terima kasih, mudah-mudahan saudara di sini berhasil. Kita wajib mengamankan kita wajib menjaga semuanya karena ini membawa manfaat sangat besar bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia," kata Prabowo.
Prabowo mengapresiasi Perusahaan asal Korea Selatan tersebut yang berkomitmen merampungkan proyek raksasa di Indonesia, meskipun sempat terkatung-katung.
"Lotte, perusahaan mungkin salah satu terbesar di dunia mungkin, asetnya 100 miliar dolar dan mereka investasi di kita Rp 65 triliun ya," ujarnya.
Dengan total investasi tersebut, proyek ini merupakan salah satu investasi petrokimia terbesar di kawasan Asia Tenggara, serta merupakan kompleks Naphtha Cracker pertama di Indonesia dalam 30 tahun terakhir.
Sementara itu, Bahlil mengatakan proyek ini sempat mangkrak 5-6 tahun dan mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) dari awalnya USD 3,9 miliar menjadi USD 4 miliar.
"Proyek strategi nasional ini memiliki investasi sebesar USD 3,9 miliar, tapi kelihatannya ada cost overrun sehingga naik menjadi USD 4 miliar, kalau dikurskan sekarang sudah mencapai kurang lebih sekitar Rp 63-64 triliun," ungkap Bahlil.
Proyek ini merupakan bagian dari program strategis hilirisasi di sektor minyak dan gas Bumi. Proyek ini dibangun sejak tahun 2016 dan beroperasi komersial pada bulan Oktober 2025.
Ketika beroperasi penuh, pabrik ini akan menghasilkan produk hilirisasi minyak dan gas bumi (migas) senilai USD 2 miliar per tahun, di mana USD 1,4 miliar merupakan substitusi impor dan USD 600 juta berkontribusi pada peningkatan ekspor nasional.
Pabrik ini menggunakan bahan baku berupa Naphta (3,200kTA) (LPG 0~50 persen) menjadi produk hulu dan produk hilir. Adapun produk hulu berupa Ethylene (1,000kTA), Propylene (520kTA), Mixed C4 (320kTA), Pyrolysis Gasoline (675kTA), Pyrolisis Fuel Oil (26kTA), dan Hydrogen (45kTA), serta produk hilir berupa High Density Poly Ethylene (250kTA), Linear Low Density Poly Ethylene (200kTA), Poly Propylene (350kTA), Butadine (140kTA), Raffinate (180kTA), Benzene, Toluene, Xylene (400kTA).
Produk-produk tersebut akan menjadi bahan baku penting pembuatan botol plastik, kabel, bumper mobil, peralatan medis, ban, karet sintetis, pembasmi serangga, dan cat.
Proyek ini ditargetkan mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia yang saat ini lebih dari 50 persen kebutuhan nasional masih dipenuhi dari luar negeri, hingga enciptakan lapangan kerja bagi sekitar 40 ribu tenaga kerja selama tahap konstruksi dan operasional.