Sambut Sumpah Pemuda, Mahasiswa di Surabaya Bikin Motif Batik dengan AI

3 days ago

Batik motif WR Soepratman yang dibuat dengan AI. Foto: Masruroh/Basra

Dalam semangat Sumpah Pemuda, sekaligus merayakan Bulan Batik di Oktober, Petra Christian University (PCU) mengusung kegiatan bertajuk "Sumpah Pemuda: Refleksi Cinta Tanah Air Melalui Batik AI Future Code". Berlangsung di Perpustakaan, Kampus PCU, kegiatan ini dibalut dengan pameran batik “Memetik Pucuk Batik” yang berlangsung hingga 31 Oktober 2025.

Melalui kegiatan ini, dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) PCU, Dr. Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom secara khusus ingin mengajak Generasi Z (Gen Z) untuk lebih menunjukkan aksi nyata dalam mencintai tanah air dan memupuk semangat kebangsaan, dalam hal ini dipadupadankan dengan teknologi.

Menariknya, dalam kegiatan ini perempuan yang kerap disapa Niendy ini mencetuskan ide membuat motif batik dengan Artificial Intelegence (AI).

“Kami mendefinisikan kegiatan ‘Batik AI Future Code’ sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa depan, di mana generasi muda menggunakan Kecerdasan Buatan (AI) dalam menciptakan motif yang relevan," terang Niendy saat ditemui Basra, Senin (27/10).

"(AI) Ini tidak untuk menggantikan batik, tapi eksplor motifnya, menambah keragaman motif batik," imbuhnya.

Niendy menuturkan bahwa pameran ini bukan hanya tanda selebrasi atas kekayaan batik Indonesia, tetapi juga wujud nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui penelitian, pengabdian, dan pengajaran ilmu pengetahuan oleh dosen dan mahasiswa lintas disiplin di PCU.

Pameran ini mengajak pengunjung untuk terlibat secara aktif melalui berbagai kegiatan. Salah satunya, para mahasiswa berkesempatan menciptakan motif batik kontemporer dengan memanfaatkan AI.

Cukup berbekal template prompt yang disediakan, mahasiswa didorong menangkap inspirasi dari kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Sumpah Pemuda. Misalnya saja motif Pancasila, Bendera Merah Putih, hingga pahlawan nasional seperti W.R Supratman.

“Semoga dengan adanya kegiatan ini, generasi penerus tetap bisa mengenang jasa pahlawan sekaligus menghargai budaya dengan cara yang kreatif, imajinatif, dan menyenangkan. Menciptakan motif batik yang belum pernah ada sebelumnya, sesuai dengan kepribadian masing-masing,” terangnya.

Dalam pameran “Memetik Pucuk Batik”, para pengunjung dimanjakan dengan pemandangan apik dari kain-kain batik yang ditata rapi. Kain-kain tersebut bercerita mengenai hasil riset tentang dua “wajah” batik yang berbeda namun saling melengkapi, yaitu Batik Dolly dan Batik Belanda.

Batik Dolly yang disajikan bukan sekadar batik kontemporer, tetapi melalui dominasi warna ungu berani dan motif urban yang ekspresif, batik tersebut menjadi bukti bahwa seni mampu mengubah stigma kelam menjadi kanvas seni dan budaya.

Sementara itu dengan motif flora dan fauna, Batik Belanda menjadi lembaran kain sejarah dari shared heritage Indonesia-Belanda yang berusia lebih dari seabad. Koleksi ini menampilkan kekhasan unik seperti figur tentara, kapal perang, hingga adaptasi dongeng Eropa. Batik Belanda bukan hanya kain, melainkan karya visual untuk merenungkan persilangan budaya yang terefleksi secara nyata.


Comments