15 Nov
Keterlibatan perempuan dalam sebuah penelitian memiliki peran penting yaitu untuk memberikan perspektif yang lebih beragam dan inovatif dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Berangkat dari fakta tersebut, program L'Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) 2024 kembali hadir dengan misi mendukung kontribusi perempuan peneliti Indonesia.
Pada tahun ini, empat perempuan peneliti berhasil keluar sebagai finalis FWIS 2024 dan berhasil memenangkan pendanaan riset senilai masing-masing Rp 100.000.000. Keempat sosok perempuan peneliti itu adalah Della Rahmawati, Ph.D., Rachma Wikandari, Ph.D., Prasanti Widyasih Sarli, Ph.D., dan Deliana Dahnum, Ph.D.
Melalui penelitian yang komprehensif, keempat srikandi tersebut menghadirkan solusi inovatif yang berfokus pada ketahanan pangan, energi berkelanjutan, dan ketangguhan bencana.
Lalu siapa saja sosok keempat perempuan peneliti tersebut dan bagaimana kiprah mereka selama ini? Yuk, kenal lebih dekat dengan empat finalis FWIS tahun ini, Ladies.
Della Rahmawati terpilih menjadi salah satu finalis FWIS 2024 melalui penelitian dengan judul Kelakai-Tempe Nori: Pemanfaatan Daun Kelakai dan Bubuk Tempe Non-Kedelai Matang Sebagai Taburan Nori untuk Mengatasi Masalah Gizi Pada Ibu Hamil dan Anak-Anak.
Della merupakan seorang dosen di Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Swiss German (SGU) sejak 2015. Della juga aktif di bidang penelitian pangan yang berfokus pada pemanfaatan bahan alami Indonesia sebagai bahan makanan kaya gizi bagi masyarakat seperti tanaman kelakai dari Palangkaraya.
Terinspirasi dari furikake Jepang, di FWIS 2024 ini, Della akan meneliti tentang “Kelakai-Tempe Nori” yang memanfaatkan tanaman kelakai sebagai sumber zat besi dan vitamin untuk ibu hamil, serta tempe dari kacang lokal sebagai sumber protein mudah cerna.
Della berharap melalui penelitian ini ia dapat menghasilkan produk makanan berbentuk taburan nori berbahan daun kelakai dan tempe non-kedelai yang diformulasikan untuk meningkatkan asupan gizi ibu hamil dan anak-anak. Selain kaya nutrisi, lezat, dan mudah dikonsumsi, produk ini juga diharapkan dapat mengurangi masalah gizi di Indonesia khususnya stunting. Lebih jauh, Della berharap penelitiannya dapat mendorong perempuan berperan aktif bagi keluarga dan masyarakat.
“Saya berharap, program For Women in Science (FWIS) terus berlanjut sebagai ajang pengakuan dan kolaborasi bagi peneliti wanita muda untuk berkarya lebih besar, baik bagi masyarakat lokal maupun global,” ujar Della.
Rachma Wikandari menyadari kebutuhan akan makanan sehat yang juga mendukung proses diet merupakan bagian dari gaya hidup berkelanjutan yang digemari saat ini. Melihat kebutuhan tersebut, pada FWIS 2024 Rachma akan melakukan penelitian dengan judul Dari Produk Sampingan Menjadi Superfood: Memanfaatkan Biomassa Jamur Filamentosa untuk Memperkaya Diet Vegan dengan Mineral Esensial.
Penelitian yang berfokus pada bioteknologi jamur pangan untuk menghadirkan variasi makanan diet vegan dengan mineral esensial ini dilakukan dengan mengembangkan mikoprotein dari miselia jamur tempe sebagai alternatif protein yang berkelanjutan. Melalui teknologi sederhana, ia memanfaatkan limbah kedelai untuk menghasilkan mikroprotein tinggi gizi yang dapat mendukung ketahanan pangan dan juga ekonomi sirkular.
Harapannya penelitiannya dapat memperkaya mikoprotein dengan mineral esensial, seperti zat besi. Selain itu, pemilihan jamur tempe sebagai fokus penelitian didukung oleh keunggulan jamur tempe yang dapat tumbuh dengan cepat, dapat dibudidayakan pada lahan sempit, dan mudah dikembangkan dalam berbagai jenis media. Sehingga jamur tempe berpotensi menjadi superfood bagi Indonesia yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan dan, tetapi juga ekonomi sirkular.
“Harapannya, program L'Oréal For Women in Science ini dapat mendorong perempuan-perempuan Indonesia untuk menjadi wanita yang menginspirasi lingkungannya, mulai dari keluarga, rekan sejawat, hingga Indonesia,” ujarnya.
Prasanti W. Sarli, atau Asih, dengan gelar PhD di bidang Teknik Sipil dari University of Tokyo, Jepang dan Aktif dalam kolaborasi riset internasional. Asih berhasil menjadi finalis FWIS melalui penelitian berjudul Ketahanan Untuk Semua: Penilaian Perumahan Skala Besar di Indonesia.
Melalui penelitiannya, Asih menemukan bahwa salah satu faktor utama banyaknya korban jiwa akibat bencana seperti gempa bumi di negara berkembang dipengaruhi oleh ketidaksiapan bangunan yang dihuni sehingga rentan roboh ataupun hancur. Hal ini membuat Asih mengembangkan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) guna meningkatkan ketahanan bangunan hunian di kota-kota Indonesia terhadap bencana, terutama gempa bumi.
Penelitian ini bertujuan menurunkan biaya survei, menghitung kerentanan populasi, dan memetakan kerusakan bangunan, sehingga dapat menyediakan data akurat yang mendukung perencanaan dan desain bangunan yang lebih aman, serta mengurangi risiko kematian di daerah berpenghasilan rendah. “Melalui sains dan teknologi, kami di perguruan tinggi membantu memperbaiki yang tidak adil. Kaya atau miskin, kita semua harus sama kuat dalam menghadapi bencana,” ujarnya.
Deliana Dahnum, Ph.D., merupakan peneliti ahli madya di Pusat Riset Kimia, BRIN, yang memiliki fokus riset pada energi terbarukan. Deliana menyadari bahwa, hadirnya energi terbarukan merupakan salah satu solusi dalam menjawab tantangan krisis iklim. Sehingga, dengan tujuan untuk mendukung penyelesaian masalah peningkatan emisi akibat konsumsi bahan bakar fosil, Delima meneliti tentang pemanfaatan minyak nabati dari kelapa yang sebelumnya ditolak menjadi bahan bakar penerbangan.
Di FWIS 2024 ini Delia berhasil keluar sebagai finalis dengan penelitian berjudul Merancang Katalis Nano Berbasis Metal-Organic Frameworks (Mofs) untuk Konversi Berkelanjutan Kelapa yang Ditolak Menjadi Bahan Bakar Penerbangan. “Melalui program FWIS ini, diharapkan dapat memotivasi perempuan peneliti untuk tetap optimis, terus berjuang, dan berkontribusi sesuai bidang masing-masing,” ujarnya.