8 hours ago
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah jurnal predator semakin sering terdengar di kalangan akademisi. Fenomena ini muncul seiring maraknya penerbitan ilmiah yang lebih mengejar keuntungan finansial dibanding menjaga integritas. Alih-alih menjadi wadah penyebaran ilmu pengetahuan, jurnal predator justru menimbulkan masalah serius bagi kualitas riset dan kredibilitas akademik.
Secara sederhana, jurnal predator adalah publikasi yang mengabaikan etika dan standar ilmiah. Tujuan utamanya bukanlah menyebarkan pengetahuan baru, melainkan menarik keuntungan dari biaya publikasi yang dibebankan kepada penulis. Sayangnya, banyak peneliti, khususnya yang masih pemula, terjebak dalam bujuk rayu janji publikasi cepat dan mudah, tanpa menyadari konsekuensi jangka panjangnya.
Kualitas artikel yang terbit di jurnal predator biasanya jauh dari standar akademik. Tidak jarang artikel hanya mengulang data lama tanpa kebaruan ilmiah yang berarti. Metodologi penelitian pun sering tidak jelas, membuat hasilnya sulit dipercaya. Kajian pustaka yang seharusnya menjadi pijakan riset sering kali diabaikan. Dari sisi teknis, tampilan artikel pun kacau, mulai dari tata bahasa yang berantakan hingga ilustrasi yang buram. Yang paling mencurigakan, proses review bisa selesai hanya dalam hitungan hari, padahal proses telaah sejati membutuhkan waktu berminggu-minggu.
Dampak dari publikasi semacam ini tidak bisa dianggap remeh. Jurnal predator berpotensi mengacaukan literatur ilmiah dengan temuan yang tidak terverifikasi. Peneliti lain bisa salah arah karena merujuk pada sumber yang tidak kredibel. Reputasi penulis pun terancam tercoreng, bahkan institusi akademik juga bisa ikut terkena imbas ketika karya yang dihasilkan tercampur dengan publikasi tidak valid.
Agar tidak terjebak, peneliti perlu lebih waspada. Salah satu langkah sederhana adalah memeriksa kualitas artikel yang sudah terbit dalam jurnal tersebut. Perhatikan pula proses editorial, apakah realistis atau justru terlalu cepat. Tampilan yang berantakan juga bisa menjadi sinyal peringatan. Dan yang paling penting, selalu telusuri reputasi penerbit melalui indeks jurnal terpercaya serta peringatan dari komunitas akademik.
Kesadaran dan kewaspadaan menjadi kunci utama menghadapi fenomena ini. Jurnal predator adalah ancaman nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan mengenali ciri-cirinya sejak awal, peneliti maupun mahasiswa bisa menghindari jebakan publikasi semu ini dan tetap menjaga agar riset yang dilakukan benar-benar memberi kontribusi nyata bagi kemajuan akademik dan masyarakat.